SELAMAT DATANG DI BLOG PADEPOKAN UBHE SINTIKA

Minggu, 29 Juli 2012

MAAFKANLAH

Sebagai insan yang tercipta dari debu ini, kita selalu saja dapat berbuat kesalahan. Lalu, untuk apa sebetulnya kesalahan yang pernah kita buat ini? Pastinya ia terjadi sebagai bahan introspeksi diri, sebagai perenungan diri hingga kita dapat memperbaiki diri. Ia terjadi agar kita bisa mengelola batin kita untuk berdamai dengan diri kita sendiri maupun orang lain.

Dengan meminta maaf. Ya, dengan meminta maaf jika kesalahan datang dari diri kita. Nah, jika begitu, apakah kita harus menunggu menjadi takdir kita terlebih dahulu untuk sekadar bisa meminta maaf?

Kemudian saat kita menerima permintaan maaf dari sesama kita. Sebesar apa pun kesalahan dari sesama kita. Apakah kita juga harus menunggu takdir terlebih dahulu hanya untuk sekadar memberi maaf untuk sesama kita yang telah bersalah kepada kita?

Taruhlah, bahwa kita telah difitnah, dikecewakan, disakiti, dan banyak lagi bentuk ‘di’ lainnya. Sanggupkah kita memberi maaf?

Kerendahan hati, ketulusan, dan kebijaksanaan adalah kuncinya. Bila kita mau rendah hati maka kita akan selalu berani untuk meminta maaf dan memberi maaf.

Memang butuh proses. Meminta maaf dan memberi maaf dibutuhkan keberanian. Tetapi, jangan biarkan proses itu menjadi lama, karena keegoan kita. Jangan biarkan keberanian kita untuk meminta maaf atau memberi maaf menjadi kian sirna dari diri kita. Jadikanlah hati kita menjadi laut, yang sanggup menampung apa saja dari sungai-sungai yang bermuara pada laut itu. Jadilah seperti bunga teratai yang selalu mau menjadi filter bagi air kolam dengan menjernihkannya selalu.

Jadilah seperti embun pagi yang selalu memberi kesejukan bagi setiap orang. Siapa pun dia! Tak terkecuali bagi orang yang telah bersalah kepada kita. Sebab, embun pagi datang bukan untuk orang-orang benar saja. Melainkan bagi semua orang tanpa pandang bulu.

Sebab, saat kita meminta maaf adalah saat-saat sejuk dan teduh bagi batin kita, juga sesama kita. Demikian pula saat kita sanggup memberi maaf. Kita bagaikan bening dari segala kesejukan yang pernah ada di muka bumi ini!

Urusan kita di sini hanyalah meminta maaf dengan penuh ketulusan jika kita bersalah, dan memberi maaf dengan setulusnya saat kita menerima permintaan maaf dari orang lain. Selebihnya biarkan itu menjadi urusan Tuhan Sang Maha Pemurah. Dari sanalah, kualitas batin kita akan tertempa menjadi sesuatu yang mulia. Sebening embun pagi yang selalu menyatakan cintanya pada bumi, pada setiap harinya tanpa terlewatkan. Berani meluruhkan ego kita yang seluas dan setinggi langit hingga ke akar rumput, demi kedamaian dan kebahagiaan batin kita.

Maka, beranikah kita untuk bahagia saat ini juga?

MAAFKANLAH AKU…!!!

0 komentar: