SELAMAT DATANG DI BLOG PADEPOKAN UBHE SINTIKA

Kamis, 18 Juli 2013

GORESAN HATIKU UNTUK ISTRIKU TERSAYANG

Sayangku…


Ingatlah pada tanggal 21 Januari 2008. Saat aku beserta saudaraku datang kerumahmu. Aku terharu, Aku tak kuasa menahan rasa bahagia saat itu, saat engkau menerima lamaranku. Kemudian dengan penantian panjang dan melelahkan yg membuat aku semangat terus, mengadukan nasib pada illahi rabbi dan berdoa seraya berkata kapan masa pernikahan itu akan hadir.

Akhirnya waktu yg di tunggu-tunggu datang juga, yaitu pada tanggal 26 Juni 2008 merupakan langkah awal kehidupan baru kita dalam membangun rumah tangga, hanya dengan pondasi tekad dan niat baik kita dalam berkeluarga.

Sayangku…

Aku sangat bersyukur kepada Allah atas pernikahan ini, atas dipilihnya engkau sebagai pendampingku atas dipilihnya engkau sebagai istriku. Aku juga bersyukur bahwa Allah telah mempertemukan aku dengan mu untuk menjalani sisa kehidupan ini bersamamu.

Pertama kali kita ketemu, aku adalah orang asing bagimu, dan engkau adalah orang asing bagiku. Kalau bukan karena mengharap ridha Allah atas pernikahan ini, tentu engkau akan memilih orang dekat yg engkau ketahui latar belakangnya, atas segala nikmat yg tercurah kepadamu maka engkau memilih aku sebagai suamimu meskipun aku sangat asing bagimu, yang tak di kenal bentuk, rupa dan nama sebelumnya, ( teu hir wa lahir cek sunda na mah).

Sayangku…

Engkau merupakan sebagai tempat pelipur lara, sebagai tempat berkasih sayang, sebagai tempat berkeluh kesah, sebagai tongkat penunjuk jalan, sebagai pelita dalam kegelapan, sebagai embun dikala dahaga, sebagai tempat berteduh dikala panas, sebagai selimut dikala dingin, sebagai peredam duka dikala emosi, sebagai tempat berpangku mesra dikala gundah gulana dan sebagai tempat mengadu dikala ragu dan buntu.

Aku menyadari siapa diriku, maka aku tak ingin meminta lebih kepadamu. Aku hanya ingin engkau seperti apa adanya, yg menangis dikala sedih, yg marah dikala terluka dan tersenyum dikala bahagia. Aku tidak menginginkan engkau sesempurna istri sang nabi, sebab aku sadar bahwa aku pun tidak sesempurna beliau. Yang aku inginkan adalah bahwa kita saling menjaga agar bisa meneladani sikap mereka.

Sayangku…

Aku dan engkau akan tahu, kita akan menghadapi masa-masa yang akan datang bersama-sama, masa yang kadang indah untuk dikenang, atau pahit untuk diingat. Semua tergantung seberapa besar hati ini mau melapangkan jalan untuk menerima apapun kondisi itu. Jika salah satu sudut hatimu pada saat ini sudah terisi untukku, maka sudut-sudut yang lain isilah dengan rabb pencipta alam semesta.

Jangan kau isi semua sudut hatimu dengan diriku atau dengan yang lain kecuali Tuhan mu, sebab aku tidak akan sanggup menjagamu bahkan menjaga hatimu, hanya Allah lah yang bisa menjagamu, menjaga hati dan jiwamu, menjaga fisik dan ragamu. Kamu mungkin bisa melupakan aku jika aku berbuat kesalahan, kamu bisa saja membuang sudut hati tempatku berpijak dan mengganti dengan orang lain yang sesuai dengan keinginanmu, tapi engkau tidak akan bisa melupakan rabb pemilik hatimu. Dan aku lebih nyaman jika hatimu dikuasai oleh pemilik alam semesta, ketimbang dikuasai oleh aku atau apapun itu. Insya Allah kita akan menjalani tahap-tahap usia pernikahan kita,

Sayangku…

Pada tahun pertama perkawinan kita, aku dan kau telah memahami lebih dalam perbedaan-perbedaan antara kita, sebab kita adalah dua orang asing yang harus mengayuh perahu bersama, jika kita tidak bisa bekerja sama, aku khawatir perahu ini tenggelam ketika baru saja kita meninggalkan daratan.

Masa-masa yg menggetarkan jiwa, menyenangkan hati dan membuat orang normal seperti orang kekurang akal, masa yang hakikatnya seperti berjalan diatas titian besi panas hingga mampu menjerumuskan mereka yg tidak sabar akan datangnya masa bahagia itu. Tibanya masa itu merupakan rahmat yg tiada tara bagi para hamba yang bersyukur, yang menyadari bahwa pernikahan itu adalah sebuah perjuangan dan bukanlah sebuah permainan.

Sayangku…

Pada tahun kedua, saat itu tanggal 5 Juli 2009 anak pertama kita lahir dan tanggung jawab kita sebagai orangtua baru dimulai. Pada saat itu kehidupan kita masih prihatin. Tapi dengan adanya anak kita yang lucu mampu menghapus semua duka lara, letih dan lelah serta rasa capek dan lelah karena tugas kita.

Sayangku…

Pada tahun ketiga dan keempat, saat itu aku memberanikan diri

Jika engkau mengharap harta dariku, ketahuilah aku hanyalah seorang suami biasa, yg penghasilannya dapat engkau lihat sendiri. Aku juga bukan pengusaha yg mungkin bisa mewujudkan semua impianmu dengan uang. Tapi jika engkau berpendapat bahwa harta dapat membawa kita kepada syurga, atau kefakiran bisa membawa kepada kekufuran, aku setuju dengan mu. Tapi aku bukanlah Abdurrahman bin auf, atau Abu bakar shiddiq atau ustman bin affan, yg dengan hartanya bisa membawa mereka ke pintu syurga. Aku mungkin hanya bisa menjadi Abudzar al giffari, yg hidup dalam kesendirian dan mati dalam kesendirian. Hanya iman yg ia bawa dan istri yg setia yg menemani pada saat-saat terakhirnya.

Justru dengan keberkahan yg insya Allah hadir bersamamu, kita bisa bersama-sama mengumpulkan harta sebagai bekal untuk akhirat kita. Justru dengan pernikahan ini semoga Allah membukakan pintu-pintu rezeki dari arah yg kita tidak sangka-sangka.

Sayangku…

Aku berpesan kepadamu,

Pada tahun kelima hingga kesepuluh, mungkin kita akan didera oleh kondisi keuangan karena saat itu kebutuhan kita akan meningkat, anak beranjak ke sekolah dan kebutuhan rumah tangga akan meningkat. Aku memohon kepadamu, bantu aku dengan doa-doamu, dengan dhuha dan tahajudmu dengan zikir dan shodaqohmu, semoga masa-masa sulit segera pergi hingga Allah memenuhi janjinya kepada kita.
Pada tahun kesepuluh hingga keduapuluh, mungkin Allah telah mengalirkan rezeki yang deras kepada kita, kehidupan mulai mapan, kesejahteraan mulai datang, dan anak mulai dewasa. Aku memohon kepadamu, bantu aku menguatkan batin dan jiwaku agar aku tidak terperosok kedalam jurang kenistaan, karena godaan dunia berupa harta tahta dan wanita. Sadarkan aku tentang umur dan usiaku yang mulai menua juga temperamenku yang mulai meninggi dimakan usia. Bantu aku bersahabat dengan anak-anak kita, berikan mereka pengertian tentang arti kehidupan sesungguhnya, karena sebentar lagi mereka akan memilih jalannya masing-masing.

Pada tahun ketigapuluh dan sesudahnya, aku tak tahu apakah kita akan sampai disitu, yang jelas kita akan kembali berdua, anak-anak lelaki kita akan pergi dan anak perempuan akan mengikuti suaminya. Kita hanyalah sepasang manusia renta yang tak bisa melawan takdirnya. Kuingin saat itu, hari-hari kita hanya dipenuhi zikir dan tasbih, dipenuhi munajat dan doa, seraya menunggu utusan Tuhan datang menjemput.
Aku ingin engkau dan aku tetap menjadi pasangan didunia dan akhirat, jadi kumohon kita saling menjaga, saling memberi peringatan dan tausiah agar tujuan pernikahan ini sesuai dengan yang kita harapkan. Terakhir aku ingin tulisan blog ini menjadi prasasti cinta kita, yang tertanam jauh dilubuk hati, sehingga jika terjadi goncangan, kita selalu kembali ke komitmen awal pernikahan.

Salam bahagia

Suamimu.

0 komentar: